Hari itu, suasana begitu khidmat.
Para tamu undangan telah hadir, keluarga besar dari pihak laki-laki datang
dengan penuh hormat dan rombongan disambut dengan sukacita. Sebagai wakil
keluarga, saya diminta untuk menyampaikan ucapan penerimaan, sebuah momen yang
membuat hati bergetar. Di hadapan para sesepuh, tokoh masyarakat, dan seluruh
hadirin, saya mencoba menyusun kata dengan sebaik mungkin.
Dengan penuh rasa syukur, saya
mengucapkan selamat datang kepada keluarga besar mempelai laki-laki. Saya
sampaikan bahwa kedatangan mereka adalah sebuah kebahagiaan sekaligus
penghormatan yang mendalam bagi keluarga kami. Kata-kata itu memang sederhana, tetapi
saya ucapkan dengan tulus, sebab saya tahu bahwa pernikahan bukan hanya
menyatukan dua insan, melainkan juga mempererat silaturahmi dua keluarga besar.
Saat itu saya merasakan bagaimana
indahnya sebuah pernikahan. Ada kebahagiaan yang sulit digambarkan, melihat
kedua mempelai duduk berdampingan dengan senyum penuh harapan, melihat keluarga
besar dari kedua belah pihak saling berjabat tangan dengan hangat, dan
merasakan suasana yang begitu damai. Saya sadar, pernikahan bukan hanya tentang
pesta atau seremonial, melainkan sebuah langkah sakral menuju kehidupan baru
yang penuh doa dan restu dari banyak orang.
Bagi saya pribadi, amanah sebagai
wakil keluarga wanita dalam acara tersebut memberikan pelajaran berharga. Saya
belajar untuk berani menyampaikan kata di depan khalayak, belajar menjaga tutur
bahasa agar tetap santun, serta belajar menempatkan diri dalam suasana penuh
makna. Lebih dari itu, saya merasakan betapa pentingnya kebersamaan keluarga,
karena setiap momen pernikahan sejatinya adalah kebahagiaan bersama.
Pengalaman itu akan selalu saya
simpan sebagai kenangan indah. Semoga doa dan harapan yang terucap hari itu
benar-benar menjadi kenyataan: kedua mempelai (Shepia Rosalia Indah & Thorik ) hidup rukun, saling melengkapi,
serta mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Komentar
Posting Komentar