13. Mandi Cahaya
Mungkin inilah perjalan panjang cinta kami harus terhempas berpisah satu sama lain tapi masih tuhan berikan jalan agar kami bersatu kembali dalam ikatan cinta, kami melansungkan pernikahan kembali di kantor urusan agama dengan tidak mengadakan resepsi pernikahan
yang mewah. Yang ikut hadir waktu itu hanya
beberapa orang diantaranya
saksi nikah dari keluarga Mey dan
aku yang ikut ada Ana anakku
jadi kami dinikahkan kembali di KUA .
Setelah akad nikah
berlangsung kami pulang ke rumah ku. Kami mengadakan syukuran atau
walimah secara sederhana dengan acara do`a
bersama dengan mengundang para sahabat dan tetangga. Walau walimah itu sangat
sederhana tapi untuk kami sangat bermakna. Tidak henti - hentinya kami
berucap syukur kepada Tuhan yang maha
rohman kami dipertemukan kembali dengan keutuhan cinta dan setia.
Malam sangat ramai sekali di rumahku.
Teman dan saudara juga tetangga banyak yang datang kepada kami mengucapkan
selamat tidak sedikit dari mereka meneteskan air mata menderngar cerita kami
berdua. Pak tua dan istrinya datang bersama orang orang di sana. Rumahku terasa
sempit sekali hingga aku nyewa rumah
tetanggaku di sebelah rumahku. Malam Dini datang bersama
Pak samsul Aripin sekretearis dan direktur perusahaan dan beberapa sahabatku. Begitu
Dini datang menyapa dan mengucapkan salam
dia mau menyalami Mey mereka berteriak dan menangis saling berpelukan. Ternyata
Dini sekeretaris pak Samsul itu adalah
sahabat Mey waktu di kampung dahulu yang
pernah Mey ceritakan. Mereka berdua
saling berpelukan dan menangis, melihat pemandangan seperti itu hadirin riuh sekali.
“Mey jadi Deni itu suamimmu.”kata
Dini
“Dia orang baik Mey, aku tidak
tahu kalu itu suamimu.Aku juga ketika pulang kampung mencari kamu tidak ada. Eh
sekarang kita bertemu.Selamat ya Mey,semoga menjadi keluarga yang sakinah
mawadah dan warohmah,jangan berpisah lagi.”kata Dini sambil memeluk Mey.
“O iya si Heni tidak diundang
Mey?Kan rumahnya dekat dari sini Mey.”
“Aku tidak tahu kalau rumahnya di
dekat sini Din.”Kata mey
Setelah Pak Ustadz memipin do`a
beliau memberikan sedikit ceramah
buat kami berdua dan hadirin yang hadir di sana. Semua hadirin yag hadir
di sana sampai ada yang meneteskan air mata.
Mendengar ceramah ustadz yang
menggetarkan hati, karena pak Ustadz tahu cerita kami berdua. Semua hadirin
tidak mampu membendung air matanya mendengar cerita dan ceramah dari pak
ustadz.
Bahagia meyertai kami
seperti kami hidup kembali
dan dipertemukan kembali seperti kami dipertemukannya Nabi Yusuf dengan nabi Yakub ayahnya tercinta dan juga adik Bunyamin.Tangis
bahagia menyertai malam yang penuh cahaya rembulan.
Semakin malam semakin dingin tapi
semaikn terang karena musim kemarau dan
kebetulan pas bulan purnama. Kami melepas
rindu bersama keluarga dan sahabat. Semakin malam tamu semua pulang tidak terkecuali
keluargapun termasuk Pak tua dan istrinya. Tinggalah kami bertiga di rumah
itu hanya sisa - sisa pesta kecil yang belum dibereskan,karena keburu
cape.
Sebagian keluargaku dan Mey aku
sudah persipakan satu rumah yang aku sewa dari tetanggaku. Paman dan bibi
mereka permisi karena dari pagi mereka sibuk jadi kelelahan.
Kami berdua pun masuk ke
kamar aku buka pintu di kamar sudah ada Ana anakku yang sudah lelap tidurnya. Dia tertawa
mungkin mengigau bahagia. Aku mendekati jendela karena di luar terang sekali dengan bulan purnama. Yang sama-sama turut bahagia melihat kami berdua yang melepas
rindu. Langit bersih tanpa awan hitam bulan bersinar berteman dengan bintang. Mey mendekatiku dibalik
jendela aku peluk istriku Mey menangis
di Pelukanku. Dengan begitu lembut
dia berbisik ke telingaku ..
“Mas jangan tinggalkan aku lagi.”
“Tidak mungkin “
Malam itu kami seakan mandi
cahaya kebahagiaan dengan berjuta rasa
dengan bertabur bintang seperti
gemerlapnya intan berlian menjadi hiasan. Rasa bersama bersatu, bergemuruh di
dalam dada menyatu di dalam sukma di
dalam relung hati yang dalam. Pertemuan
merobek kerinduan bersatu yang tidak akan terpisahan.
Kami berdua memandang kepada tempat tidur kepada Ana yang begitu
terlelap tidur. Kami mendekati Ana aku
mencium keningnya. Kami tidur bertiga
sambil memeluk anak kami Ana yang
ditengah kami peluk erat erat…Rembulan tersenyum dan menjauh karena malu kami
sedang dirasuk asmara…
Malam itu mimpi datang, kami
bertiga melayang di atas awan sambil bercanda dengan bintang- bintang dan
berpelukan bertiga di atas pelangi. lautan bunga terhampar mengelilingi
kami kami berlari menuju bukit yang
tinggi menjulang. Terlihat ayah dan ibu
tersenyum bahagia melihat kami bertiga.
Aku terbangun dari tempat
tidurku teryata sudah pagi. Aku cari Ana
dan Mey tidak ada ternyata mereka semua sudah bangun dan sedang beres beres.
Aku cepat ambil air wudhu dan sholat subuh. Setelah sholat subuh aku berdiri
dan kubereskan sajadahku,aku simpan diatas meja kerjaku.
“Kenapa tidak bangunkan aku
Mey?kataku sambil mendekati ruang tamu.
“Aku juga kesiangan baru beres sholat.Aku buatkan kopi atau teh
mas?” Kata Mey sambil melempar senyum kepadaku.
“Kopi saja.”aku jawab
“Siap juragan.”goda Mey
“Ana di mana?”
“Di halaman,katanya mau menyiram
bunga.”
“Rajin sekali pagi begini sudah
nyiram bunga.”
Sekarang dirumahku tidak sunyi
dan sepi lagi karena ada dua bidadari yang selalu menemaniku.Secangkir kopi di
pagi hari mengawali hari hari yang penuh dengan harapan dan
keindahan.Kopi sepesial yang terbuat dari racikan seorang istri yang tercinta
mengalahkan kopi hotel bintang lima,karena membuatnya dengan
cinta. Hari itu aku tidak bekerja karena Pak Samsul memberika cuti sampai empat
hari.
Di depan rumahku ada meja dan
bangku yang jarang aku duduki sekarang aku
bisa menduduki lagi.Bertiga kami bercengkrama dan bercanda.sambil melihat bunga yang sedang
mekar yang tadi habis disiram oleh Ana.
Ketika kami sedang duduk
bersama terdengar dari kamar hp Mey
bordering.Mey segera ke dalam kamar dan berbicara dengan orang yang
meneleponnya.Entah apa yang di bicarakan tapi yang aku dengar kata sekolah Ana
gitu. Setelah beres mengangkat hpnya Mey kembali mendekatiku lagi.
“Tadi ibu
Ita Rosita menelpon katanya sudah tiga hari Ana tidak hadir ke
sekolah. Beliau wali kelas Ana.”
“Besok sekolah saja.”
“ Iya tidak jauh dari sini.
Mungkin Ana sampai lupa dengan sekolahnnya
karena saking bahagianya bertemu dengan ayahnya. Besok kita antar dia ke
sekolahnya sekalian berbicara ke wali kelasnya kita minta maaf. Juga agar teman
temannya tahu sekarang Ana sudah ketemu ayahnya,jadi tidak bulyy.”Kata Mey.
“Iya siap nyonya.”godaku.
Sekarang Mey sibuk lagi di dapur
dengan segala pekerjaanya. Mungkin sedang mempersiapkan sarapan,sedangkan aku
dengan Ana membereskan tanaman hias dan membersihkan sampah bekas semalam. Ana
sangat rajin dia suka sekali menyirami
dan membersihkan bunga –bunga di halaman
rumah.
“Ayah,kalau liburan sekolah
dan ayah juga libur,Ana mau jiarah ke
makam nenek dan kakeya!”kata Ana sambil menyirami bunga
“Tentu sayang kita nanti liburan
di kampung ya.”jawabku
“ Ayah sekarang tidak berangkat
kerja?” Tanya Ana
“tidak kan ayah dapat cuti,kamu
juga tidak sekolah?” Tanya ku
“Besok aja,ayah dan mamah
mau ngantar Ana sekolahkan?”
“iya tentu sekalian bertemu
dengan ibu…”
“Ita Rosita.Dia baik banget ayah
dan orangnya cantik banget kaya mamah cantik.”kata Ana dengan polosnya.
“Ayo sarapan dulu.”Kata Mey yang
berdiri di balik pintu rumah.
Pagi yang cerah secerah wajah
kami yang sedang bahagia. Sarapan
bertiga, di meja makan. Ini adalah sarapan pertama bersama mereka orang
yang aku sayangi dan cintai. Dengan menu hasil racikan seorang koki yang penuh cinta.
“Mah,boleh ga kalau libur
sekolah Ana jiarah ke makam nenek dan
kakek.”Cletuk Ana.
“Boleh,tapi ayah juga harus libur.”Kata Mey
“Iya nanti kita Jiarah ke ke sana sekalian liburan di kampung.”Jawabku.
terus berkarya
BalasHapus