Langsung ke konten utama

Tebing Di Ujung Gang Bagian Sebelas

 

11. aku bukan yang dulu

Pertemuan  yang sangat dramatis itu sangat melelahkan, sampai aku lupa makan. Kuajak mereka  makan dulu di sebuha restoran mewah karena yakin mereka juga lapar belum makan. Sepertinya Mey dan Ana tidak pernah datang ke tempat ini. Karena terlihat dari sikap dia hanya bengong saja. Sengaja aku  bawa mereka ke sini  karena mereka adalah sangat istimewa dalam hidupku. Berapun uang aku terkuras untuk mereka aku rela dan sangat puas ketika melihat mereka tersenyum bahagia.

Hari  ini,hari  special dan istimewa buat kami bertiga. Aku pesan makanan yang istimewa untuk orang – orang yang aku cintai. Aku katakana kepada mereka jangan bengong dan diam saja. Pilih makanan yang paling istimewa di restoran ini. Soal haraga aku tidak peduli gajih sebulan habis sehari aku tidak peduli yang penting mereka senang dan bahagia.

Ana yang mungkin  tidak terbiasa makan sepeti itu ,dia sangat lahap sekali makannya. Berbeda dengan Mey masih sedikit  bengong saja. Sejak aku nikah dahulu dengan Mey. Aku belum pernah mengajak makan seperti itu. Bukan aku tak mau tapi waktu itu aku belum memiliki uang .Untuk pengeluaran aku harus mikir dahulu. Tapi Alhamdulilah sekarang aku tidak pusing dengan pengeluaranku.

Makan siang  yang sangat special.hitung hitung aku merayakan pertemuan dengan orang yang tercinta setelah sepuluh tahun berpisah. Bagaimana tidak rindu berpisah dengan orang tercinta selama sepuluh tahun. Untuk merayakan hanya mengeluarkan  uang untuk makan siang seperti itumah tidak sebanding dengan pahit getir yang akmi rasakan.

Siang  itu aku seperti seorang  artis atau pengusaha  dan pejabat yang suka mampir makan di restoran itu. Aku tidak peduli berapaun harganya yang penting aku bisa memberikan kebahagiaan kepada mereka. Mereka  duduk di situ sebagai suatu gengsi, kalau aku bukan karena aku lapar dan aku ingin mereka  makan  dengan penuh kebahgiaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Setelah perut kami  terisi  dengan makanan, sekarang perut tidak bersuara lagi. Aku lihat  pakaian Ana dan Mey sangat sederhana sekali. Ku ajak keliling  ibu kota  untuk shoping. Walau aku sedikit memaksa mereka karena aku tahu  walau mey dulu orang kaya tapi hidupnya sangat  sederhana.Ketika aku ajak  makan dan belanjapun dia sedikit protes karena jangan trlalu boros katanya.

Kami bertiga memasuki mall  dengan bergandengan tangan. Ana di tengah Aku dan Mey  mengandeng dia kiri dan kanan. Ana Nampak ceria ketika memasuki mall ini.katanya baru kali ini  dia bisa memasukinya bersama  kedua orang tuanya. Genggaman tangan  Ana begitu erat ketika naik escalator. Kebahagian  yang tak terlukiskan  hanya bisa disrasakan mala itu. Hanya  Mey yang datar datar saja sikapnya karena dia  tidak suka  dengan kehidupan  boros seperti itu. Kalau makan cukup di warung belanja pakaian cukup di pasar. Aku mengerti dengan perasaan  Mey karena mungkin menurut dia aku sangat berlebihan.

Baiklah aku mengalah Karena aku sudah lelah, kuajak mereka pulang ke rumah.S yukur aku sekarang memiliki rumah  walah  tidak megah yang penting milik sendiri. Sepeuluh tahun yang lalu aku datang ke ibu kota, tidur di emperan masjid, tidur di kamar masjid, ngekos, sampai bisa ngontrak dan akhirnya aku punya rumah sendiri. Hasil keringat  kerja kerasa siang malam  membating tulang aku tabungkan aku beli rumah untuk aku pulang.

Aku tunjukan sebuah kamar kosong kepada mereka untuk beristirahat. Tidak terasa siang berganti malam, namun hidup di ibu kota tidak terasa antara siang dan malam. Berbeda waktu di kampung dahulu ketika malam terasa tidak ada kehidupan karena gelap gulita.

Kini rumahku seperti ada kehidupan karena ditambah dengan dua orang  lagi.

 “Ana !”

“Iya yah.”

“Mandi  dulu.”

Aku hanya  duduk sambil ngutak ngatik  remot  tv yang siarannya hanya berita melulu. Mending kalau beritanya menggembirakan, ini beritanya  sangat mengerikan membuat  jadi takut. Pokoknya beritanya yang serem serem saja. Sambil menunggu mereka mandi  gantian soalnya wcnya ada satu maklum  asalnya aku sendiri di rumah ini.

Aku raih Hp ku dan hubungi restoran  terdekat  untuk buat pesana dan diantar sampai rumah. Aku bukan tidak mau  ngajak mereka kembali  makan di luar  tapi Mey tidak mau,  katanya  boros. Sesekali kan tidak apa apa anggap saja merayakan syukuran kami sudah bertemu lagi. Tapi tetap Mey tidak mau katanya cukup dengan  makan siang tadi. Sekarang acara makan saja harus diskusi dulu kalau dahulu mau makan di manapun tak perlu diskusi asal ada uang berangkat. 

Mey mendekati dapur  sepetinya dia mau memasak untuk makan malam kami, namun di dapur hanya ada peralatan masak saja. Hampir seminggu aku tidak masak  sering makan di luar saja, kalau sedang malas ke luar tinggal pesan dan datang bayar di tempat, lebih praktis. Aku katakan tidak masak tidak ada apa-apa di dapurnya juga. Aku sudah pesan tinggal tunggu saja.

Kami bertiga berkumpul di ruang tamu menikmati pertemuan yang kami hayalkan dan impikan ternyata sekarang menjadi kenyataan. Aku menjadi pendengar setia cerita Ana. Anakku ini ngoceh terus karena sangat bahagia kaarena sudah menemukan ayahnya dan merasa bangga. Di sekolahnya sering dihina temanya dengan sebutan anak haram dan  gelandangan. Juga pengalamannya waktu berjualan sampai bertemu denganku waktu di warung makan. Didepan ada yang ngetuk ngetuk pintu aku lihat ternyata pesanan sudah datang.

Malam itu makan malam yang sangat istimewa dalam hidupku. Ditemani dua bidadari yang pernah hilang. Walau menunya sederhana tidak special makan siang tadi. Yang membuat sangat istimewa adalah suasana hati. Betul kata orang  walau makanan sudah dihidangkan  dengan menu yang sangat  istimewa tapi kalu suasana hati sedang sedih atau merana, maka tidak akan ada selera. Alangkah indahnya malam itu  suasana hati sedang damai  bisa berkumpul dengan orang yang aku cintai. Suatu keajaiban  bisa bertemu lagi dengan Mey  setelah sepuluh tahun aku terpisah dengannya.

Sepertinya Ana sangat ngantuk karena lelah .Mey mengantarkan Ana ke tempat tidurnya. Hampir tak percaya tapi ini nyata aku sekarang sudah menjadi bapak dari seorang anak bernama Ana.

Kini hatiku berbunga –bunga seperti seorang seorang musafir yang berjalan  di padang pasir yang sagat tandus,kini menemukan danau jernih dan buah buah yang sedang ranum masak dan segar. Tidak ada kebahagian dalam hidup selain bisa  berkumpul bersama dengan orang yang tercinta.

Suara hpku berbunyi,sepertinya ada yang menelepon. Aku lihat trnyata Ujang.

“Mas tadi kenapa tidak balik lagi?sepeda  kamu ada di counter. Aku tunggu tapi tidak datang, aku mau nyusul tidak tahu kemana.”

“Maaf tadi hp ku tidak aktif. Terimakasih udah menjaga spedaku.”

“Kenapa tidak balik lagi?”

“Ceritanya panjang, nanti kang Ujang juga akan tahu sendiri.”

“Alah sekarng aja, bikin penasaran saja.”

“Butuh banyak waktu untuk menceritakannya.”

“Iyalah mas tapi  besok  mau diambilkan spedanya, kalau tidak aku jual.”

“Wih sadis banget”

“hhhh syukurlah kalau mas baik mah  udah dulu ya”

“Iya terimaksih “

Apa yang harus aku kerjakan  untuk masa depan kami,mungkin aku harus diskusi dahulu dengan Mey. Bagaimanapun aku mencintai Mey secara hukum adalah orang lain. Kalau aku serumah pasti akan terjadi fitnah  jadi jalan satu satunya  aku harus menikah supaya berkah. Tapi  bagaimana aku  mengatakan kepada Mey  merasa kaku lidahku. Sepuluh tahun aku hanya menghayalkan  dan mengimpikan  tapi setelah nyata menjadi kelu lidahku dan beku. Hanya jantungku berdebar  dan darah ku berdesir mengalir seakan  tahu kalau aku sedang melayang dalam  kebahagian.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perpisahan Kelas 5 MI Cijulang di Rumah Guru Kelas

  Pada hari   kamis yang sedikit mendung namun tidak mengurangi rasa bahagia, siswa-siswi kelas 5 MI Cijulang mengadakan acara perpisahan yang sederhana namun berkesan. Acara ini dilaksanakan di rumah saya sebagai guru kelas   mereka sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur atas perjalanan belajar selama satu tahun. Suasana penuh keakraban terasa sejak awal. Para siswa datang dengan pakaian rapi dan senyum ceria. Saya menyambut mereka semua  dengan ramah dan hangat. Karena acaranya tidak formal hanya ngobrol biasa -biasa saja . Setelah itu, kegiatan inti pun dimulai makan bersama. Aneka hidangan yang sudah   tersaji dengan beralaskan daun pisang. Suasana makan berlangsung santai dan penuh tawa, menciptakan kenangan manis bagi semua yang hadir. Acara ini bukan hanya sekadar perpisahan, tetapi juga bentuk kebersamaan dan rasa kekeluargaan antara guru dan siswa.Semoga kenangan indah ini menjadi penyemangat bagi siswa dalam melanjutkan pendidikan mereka ke ke...

MTs Yasira Gelar Acara Perpisahan Sederhana Namun Penuh Haru dan Kebahagiaan

Suasana haru dan penuh suka cita menyelimuti Halaman Mts Yasira  pada hari Senin (16/6/05), saat seluruh siswa kelas IX mengikuti acara perpisahan yang digelar sebagai penutup perjalanan mereka selama tiga tahun menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Acara bertajuk “Langkah Awal Menuju Masa Depan” ini dihadiri oleh seluruh siswa kelas IX, orang tua, dewan guru, serta staf sekolah. Rangkaian kegiatan dimulai sejak pukul 08.00 pagi dengan pembacaan doa, sambutan kepala sekolah, serta perwakilan siswa dan orang tua. Kepala MTS Yasira Bapak Aep Saepudin, SPd.I, dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas pencapaian para siswa dan berharap mereka terus semangat belajar di jenjang berikutnya. “Perpisahan ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang. Kami bangga bisa mendampingi kalian tumbuh, belajar, dan berkembang selama di sini,” ujar Bapak Aep SPd.I Acara dilanjutkan dengan penampilan seni dari para siswa, seperti tari tradisional, paduan suara, dan pembacaan puis...

Kemeriahan Peringatan HUT RI ke-80 di Desa Darmareja Nagrak Sukabumi

  Desa Darmareja tahun ini kembali menjadi saksi semaraknya perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Warga desa dengan penuh semangat dan kebersamaan menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memperingati momen bersejarah ini, salah satunya melalui karnaval meriah yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Karnaval yang digelar melibatkan partisipasi dari tiap Rukun Tetangga (RT), serta siswa-siswi dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP hingga SMA. Dengan pakaian penuh warna, kreativitas hiasan, serta iring-iringan jampana yang khas, suasana desa berubah menjadi lautan kegembiraan. Antusiasme masyarakat begitu terasa. Sejak pagi, warga sudah memadati sepanjang jalan desa untuk menyaksikan parade. Anak-anak tampak gembira mengikuti karnaval dengan kostum unik, sementara orang tua dan masyarakat lainnya dengan bangga menyemangati peserta. Festival jampana menjadi salah satu daya tarik utama, menampilkan hasil bumi serta kreasi seni budaya...