2. Penasaran
Hampir
kesiangan aku bangun, karena semalam aku
membuat konten channel you tubeku dalam
tutorial masalah komputer. Sebenarnya ini hanya sampingan setelah pulang dari kantorku aku selalu membuat konten
tutorial. Awalnya hanya iseng - iseng saja tapi ternyata
sambutan dari nitizen sangat antusias, banyak viwernya juga. Aku jadi
semangat ketika sudah banyak yang
subscribe dan juga koment, sekarang
aku selalu mengisi walau hanya seminggu atau dua minggu sekali. Ketika banyak nitizen bertanya tutorial yang
berkaitan dengan masalah komputer, aku selalu buatkan tutorialnya
lewat channel you tubku. Lumayanlah ada penghasilan sampingan. Apapun kalau ditekuni,
ternyata awalnya hanya hobi
sekarang sudah menghasilkan
royalty. Di jaman sekarang ini di
mana internet sudah masuk ke pelosok
desa, tak perduli kampung yang sangat jauh di sana internet sudah menembus. Terlebih lagi sekarang tidak hanya
dikomputer saja tapi di handphone
pun orang bisa berkarya asal mau bekerja
tentunya harus memiliki ilmunya dahulu.
Asal ada kemauan di situlah ada
jalan. Tetapi bagaimanapun hebatnya teknologi pasti memiliki dua
sisi, baik dan buruk. Orang berkata seperti pedang bermata dua, bisa dijadikan untuk
kebaikan dan juga untuk keburukan. Untuk
mereka yang mengunakan internet untuk
keburukan ini akan menghancurkan
hidupnya, tetapi kalau untuk kebaikan, hasilnya untuk dirinya
juga.
Sebenarnya malam
itu aku
ngutak ngatik komputerku bukan hanya
membuat konten you tubeku,tapi aku mengalihkan pikiranku karena selalu terbayang anak pedagan asongan
itu. Biasanya jarang tidur larut malam apalagi sampai begadang. Tidur yang baik, adalah cepat tidur dan cepat bangun
lagi. Jadi aku tidak pernah kesiangan. Karena malam itu sulit terpejam jadi aku
mencari kesibukan dengan membuka komputerku
daripada mata tidak bisa aku pejamkan.
Masih terlihat wajah anak penjual kue di warung
itu. Aku buru - buru bangun langsung mandi dan sholat subuh, sehabis sholat
langsung ganti pakaian langsung berangkat aku tidak sarapan karena sudah telat
takut kesiangan kalau kerja kesiangan malu sama atasan. Jaman sekarang masih
untung bisa kerja juga di luar sana masih banyak pengangguran dan PHK, jadi
kalau aku malas - malasan di luar sana sudah
banyak yang siap menggantikannya. Orang bijak mengatakan lebih baik cape bekerja
dari pada cape mengangur, kata – kata itu yang selalu memotivasiku yang pernah aku baca dalam sebuah buku karangan David J Skchwart. Jadi aku selalu menyemangati diriku sendiri jangan sampai
malas bekerja, tapi kalau sakit aku harus cepat
mengirim surat sakit dari dokter,
supaya urusannya jelas.
Alhamdulilah Allah berikan pekerjaan
kepadaku sesuai dengan kealhlianku dan juga dengan penghasilan yang menurutku lebih
dari cukup. Karena aku pernah mengalami masa sulit yang sangat melilit kehidupanku. Penghasilan
tidak ada aku hidup terlunta lunta, ketika
itu segala rasa berkumpul dalam jiwa. Sekarang aku harus menikmti hidup ini bersyukur dan
melakukan ke arah yang lebi baik lagi.
Tak terasa
sudah sampai ditempat pekerjaanku. Setelah melakukan absensi, aku seperti
biasa mengerjakan rutinitas kewajibanku yang harus aku kerjakan. Sebagaimana biasa setiap pekerjaan kuawali dengan doa, dengan mengucapkan nama Tuhan yang
Maharohman.
Walau aku ada di depan computer yang selalu menjadi
temanku sehari - hari dan meja yang
menjadi sahabatku dengan sebotol
air mineral yang tak pernah lepas dari tas kerjaku. Tapi pikiran ku
melayang entah ke mana dan
terus dibayangi wajah anak penjual asongan itu. Dengan pikiranku
yang kalut seperti itu kadang apa yang aku kerjakan salah, karena
mungkin melamun sehingga ada data salah
dan harus dikerjakan kembali. Kegelisahan
yang menyelimuti diriku tetap kurahasiakan dari teman - teman kerjaku
seakan akan aku tidak memiliki masalah. lagian kalau aku cerita
buat apa, mungkin curhatan aku tentang seorang anak penjual asongan di mata mereka tidak berarti
apa –apa. Jadi aku tidak berani membuka apa yang aku gelisahkan. Waktu terasa
sangat lama, berhenti menuju jam istirahat seakan tidak mau berjalan. Jam tangan tuaku yang selalu setia menemaniku kulihat selalu
namun dia berputar seakan lemas selemas
diriku yang sedang gelisah dengan segala
penasaran dan pertanyaan ada apa dan siapa anak itu? Menunggu jam
istrirahat seperti menanti vonis hukuman yang
ditunggu – tunggu ingin
segera cepat berlalu, karena hati sudah ingin bertemu dengan yang ditunggu. Walau
dengan berat akhirnya waktu istirahat
datang juga.
Setelah jam
istirahat tiba aku suka datang
ke gang masjid, di situ ada warung tempat makan siangku. Di warung inilah
aku makan dan pertamakalinya aku bertemu
dengan anak pedagang asongan itu. Karena pagi tadi aku belum sarapan perutku
melilit ketika aku kerja tadi perutku
minta diisi. Setelah pesanan datang aku
mulai menyantap makanan yang ada di depan
mejaku. Aku pilih warung ini
karena harganya bersahabat untuk
karyawan seperti aku sedikit penghematan
juga dekat dengan masjid. Hawa panas
ibu kota hampir membakar pengunjung warung itu tapi ketika
masuk sudah disediakan kipas angin tua yang terus menyala agar pngunjung tidak kepanasan.
Ketika aku duduk di meja warung itu sambil menyantap makanan dan menyuruput sebotol
minuman, dari kejauhan anak perempuan kecil itu terlihat sedang menjajakan
jualanya ke setiap orang yang lewat di jalan. Aku hampir loncat ingin mendekati
anak itu, tapi aku belum bayar makanan itu dan juga banyak orang di warung itu. Aku sangat gelisah seperti
remaja yang lama menunggu kekasihnya, begitu
datang kekasihnya ingin mencurahkan rasa rindunya. Aku minta ijin ke
tukang warung itu untuk ke luar sebentar, untuk mendekati anak itu.
“Hai, kuenya
masih ada ?”Tanya ku
“Sudah habis om, baru aja ada yang beli. “
“Wah hebat, sudah
makan ?”
Anak itu malu - malu menjawab pertanyaanku. Aku sedikit
merayu dia agar bisa aku ngobrol supaya tahu siapa dia itu.
“Ayo kita makan
dulu! santai aja, kan jualannya sudah habis!’’
“Tidak om, terimakasih.’’
“Jangan takut
aku bukan penjahat, aku aku bangga sama kamu masih kecil sudah kerja keras. Ayo makan
dan minum dulu tenang om yang traktir.” Bujuku ke anak kecil itu.
“Takut mamah
marah kalau terlambat pulang.”Jawab Anak itu dengan polosnya
“Bilang saja tadi
belum laku! jadi harus keliling terus.“
Anak itu
setelah aku rayu dia mau juga diajak ke dalam warung itu dan kami ngobrol di
sana.
“O,iya nak nama
kamu siapa ?”
“Nama saya Ana
om.”
“Kamu mau makan
atau mau apa?”
“Mau makan aja
om”.
“Ok.siap ”
Ana itu anak
pintar setelah kami ngobrol dia mulai merasa nyaman dan kami bisa tertawa
bercerita yang lucu - lucu.
Ku tatap wajah
anak itu seakan ada bayangan yang lewat
di mataku, tapi bayangan siapa itu? Mungkin itu hanya hayalanku atau hanya pemikiranku
aku selalu menepisnya.
Ketika dekat
dengan Ana terasa ada kehangatan dalam hidupku dan aku bahagia sekali. Aku mengenal
Ana seperti aku telah kenal lama seperti ada ikatan batin. Aku
ingin sekali banyak pertanyaan kepada anak itu tapi aku tidak berani, karena nanti dianggap orang tidak bener. Nanti Ana
curiga bahwa aku orang tidak baik dan ingin menculiknya. Cukuplah aku diam diam
harus menyelidiki anak itu, siapa dia?
Aku perhatikan
anak itu lahap sekali makannya, mungkin
dia lapar karena cape seharian dia berjualan. Sebetulnya aku ingin membelainya
kasihan sekali, tidak tega anak seusia
itu sudah mencari nafkah. Di mana orang tuanya atau mungkin orang tuanya tidak
bisa lagi bekerja atau mugkin dia
mendidiknya untuk mandiri, tidak
seperti anak yang lain di manja dan
hanya main Hp saja.
“Om dari tadi melamun
terus, kenapa tidak makan? Celoteh anak itu membangunkan lamunanku .
“Tadi om sudah
makan.”Jawabku gelagapan karena memang melamun.
“Jangan melamun
om nanti cepat tua , mending tua kalau
gila gimana hh?”Dia bercanda sambil melahap makanannya tanpa melihatku.
“Bisa saja kamu!”
Ana luar biasa
dia cepat bergaul dengan orang
lain, kalau anak ini dirawat dengan baik, luar biasa menurut ku. Tidak akan kucel
karena aku lihat kulitnya putih
bersih dan sangat cantik mungkin karena ibunya cantik.
“O iya kamu
sudah sekolah ?”
“Sudah om kelas dua SD.”
“Terus kamu
jualan?”
“Ke sekolah
juga kadang bawa jualan cuman sedikit.”
“Tapi kan
kamu sekolah, bagaiman bisa jualan?”
“Kelas dua kan
om pagi tidak sampai siang, paling
sampai jam sebelas jadi aku biasa jualan
pulangnya.”
“Pintar sekali
kamu mengatur waktu.”
“Iya dong ..o iya terimakasih ya om traktirannya
aku pulang dulu.”
“Iya hati hati
di jalan!”
“Iya om. “
Luarbiasa anak
itu sangat pintar dan sepertinya dia
sangat manja, cuman keadaan orang tunya yang memaksa dia untuk jualan seperti itu. Kerinduanku sudah sedikit
terobati karena bisa bertemu dan juga
bisa ngobrol dengan anak itu. Untuk
menggali informasi lebih dalam
aku harus hati - hati karena takut dia
curiga, dan dia beritahu kepada orang tuanya tentang aku. Nanti akan timbul
masalah, aku nanti dianggap akan menculik
anak itu. Supaya aku dapat
informasi yang pasti tentang anak itu
aku harus diam – diam menyeldiki dia
supaya orang lain tidak curiga. Kenapa aku penasaran karena ada perasaan lain bila
menatap wajah anak itu. Begitu banyak anak yang ada di kotabesar ini tapi tidak seperti Ana, mereka biasa - biasa saja
tidak ada getaran jiwa yang menyentuhku.
“Masih
melamun?”Tiba tiba pundakku ada yang menepuk dan suara itu suara Ana.
“Kenapa pulang
lagi?tanyaku spontan,karena kaget
“Wadahku
ketinggalan om”
“Kamu ngagetin
aja.”

Komentar
Posting Komentar