Ketika saya masih kecil ,di kampungku ada sebuah danau bernama cekdam .Tempat kami bermain,mencari ikan atau udang bersama dengan teman-teman.Ternyata cekdam itu bukan danau tetapi bendungan yang dibuat oleh orang tua dahulu untuk pengairan.Saya tidak tahu kapan di buatnya karena saya belum lahir.
Di pinggir cekdam berjejer pohon dukuh yang besar dan rimbunya pohon bamboo.udara dingin dan airnya yang jernih sungguh sangat menntramkan hati membuat betah anak bermain.Kami bermain belajar beerenang kadang –kadang kami membuat rakit dari pohon pisang yang sidah tidak berbuah.Kami paku dengan bamboo atau pohon lainnya.kami mincing di atas rakit itu.
Kalau kami ingin uang biasanya kami mencari udang dengan cara ngawaring dengan umpan dedak yang halus.Setelah kami mengumpulkan udang ,kami bungkus dengan daun pisang satu bungkusnya dua ratus rupiah.Uangnya nanti kami kumpulkan dan kami bagi –bagi ke teman teman yang mengambil udang tadi.Kalau kami malas mencari udang biasanya kami marak (membendung selokan ) di selokan belakang cekdam kami biasanya mendapatkan ikan lele, mujair , nila dan udang batu yang hitam.Pulang marak kami melakukan botram (makan bersama) untuk menikmati hasil tangkapan ikan tadi .kadang –kadang kami masak –masak dengan teman-teman di pinggir cekdamnya.Biasanya kami main main tersebut waktu libur sekolah.
Tapi cekdam sekarang tinggal kenangan terganti dengan sawah dan kebun .Hanya masalalu yang tak terlupakan waktu kecil dahulu bersama dengan teman – teman.Kesejukan airnya kini hanya impian rimbunan pohon dukuh juga hanya kenagan karena tinggal bekasnya saja.
Di pinggir cekdam berjejer pohon dukuh yang besar dan rimbunya pohon bamboo.udara dingin dan airnya yang jernih sungguh sangat menntramkan hati membuat betah anak bermain.Kami bermain belajar beerenang kadang –kadang kami membuat rakit dari pohon pisang yang sidah tidak berbuah.Kami paku dengan bamboo atau pohon lainnya.kami mincing di atas rakit itu.
Kalau kami ingin uang biasanya kami mencari udang dengan cara ngawaring dengan umpan dedak yang halus.Setelah kami mengumpulkan udang ,kami bungkus dengan daun pisang satu bungkusnya dua ratus rupiah.Uangnya nanti kami kumpulkan dan kami bagi –bagi ke teman teman yang mengambil udang tadi.Kalau kami malas mencari udang biasanya kami marak (membendung selokan ) di selokan belakang cekdam kami biasanya mendapatkan ikan lele, mujair , nila dan udang batu yang hitam.Pulang marak kami melakukan botram (makan bersama) untuk menikmati hasil tangkapan ikan tadi .kadang –kadang kami masak –masak dengan teman-teman di pinggir cekdamnya.Biasanya kami main main tersebut waktu libur sekolah.
Tapi cekdam sekarang tinggal kenangan terganti dengan sawah dan kebun .Hanya masalalu yang tak terlupakan waktu kecil dahulu bersama dengan teman – teman.Kesejukan airnya kini hanya impian rimbunan pohon dukuh juga hanya kenagan karena tinggal bekasnya saja.
Komentar
Posting Komentar